Dulu sekali, pada sebuah mata air yang diteduhi oleh pokok beringin yang tua dan lapuk, hiduplah spesies burung langka yang kelak namanya diabadikan sebagai nama sebuah desa, burung itu, bernama burung Punguk.
Sumber: https://burungpungguk.wordpress.com/
Cerita dimulai ketika beberapa warga kerap melakukan perjalanan ke sebuah lokasi indah penuh mata air pada suatu daerah di Jawa Tengah. Disana pada sebuah plogrok di antara pokok beringin yang lapuk, para pejalan kerap melihat spesies burung langka itu. Maka, tiap kali mereka datang dan pergi, untuk mengingat nama tempat itu, mereka menyebutnya dengan nama “Punguk”. Entah siapa yang memulai, karena mungkin kesulitan menyebut nama Punguk, maka bergantilah nama itu menjadi Ponggok, seusai itu, mereka yang datang dan bermukim di sana, menyebut lokasi itu dengan sebuah nama, Desa Ponggok.
“Itu baru versi pertama tentang sejarah asal usul nama Ponggok.” Cerita Pak Sugeng Raharjo, saat ditemui oleh tim Ponggok Creative.
Kata Pak Sugeng Raharjo, masih ada dua versi lagi soal muasal nama Ponggok, versi kedua yang diceritakan oleh pak Sugeng Raharjo berasal pada masa kolonialisme Belanda, ketika itu Belanda melihat Ponggok sebagai lokasi yang sangat strategis dengan sumber air yang melimpah, maka Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah gudang yang sangat besar, gudang yang terletak di daerah Cokro itu berfungsi untuk urusan produksi gula pasir. Dalam proses perendaman tebu menjadi gula, Belanda membangun pipa-pipa saluran air yang sangat banyak. Melihat pipa itu berbentuk bengkok, dan mayoritas penduduk kesulitan dalam menyebut kata “bengkok”, maka akhirnya mereka menyebut nama itu dengan sebutan ”Ponggok.”
Pabrik Gula Cokro TulungSumber: kitlv.nl
Di cerita terakhir, Pak Sugeng Raharjo mengungkapkan kolonialisme Belanda di bumi nusantara khususnya Ponggok, tidak hanya memakan hasil bumi dan tenaga manusia Ponggok, mereka (Belanda) pula membawa bermacam artefak dan catatan penting perihal sejarah desa ke negara mereka. Begitu pula perihal keris dan catatan soal asal usul nama Ponggok, kata Pak Sugeng Raharjo, “Nama Desa Ponggok berasal dari salah satu keris, hal ini ada di museum yang ada di Belanda.”
Mengutip laman pemerintah Desa Ponggok, disana diceritakan pula bahwa Desa Ponggok kemudian berubah menjadi Republik Desa monolitik akibat kolonisasi yang dilakukan kolonial melalui privatisasi pabrik gula dan pengelolaan Umbul Ponggok dan Umbul Sigedang-Kapilaler. Kolonisasi atas Desa Ponggok terjadi pula pada pasa Orde Baru melalui penyeragaman Desa sejak tahun 1979. Umbul Ponggok yang saat ini dikelola oleh BUM Desa Tirta Mandiri pada masa kolonial berada dibawah regulasi antara pihak kraton dan pemerintah kolonial melalui otoritas Kamantren. Umbul Ponggok tidak terawat pada masa pasca kemerdekaan mungkin karena rentang kendali pemerintah provinsi yang terlalu jauh dengan lokasi Ponggok di Klaten. Namun kemudian sejak tahun 2014, Umbul Ponggok kemudian dikenal luas sebagai destinasi wisata andalan Kabupaten Klaten.
*Silvi SM | Ponggok Creative